Laman

Jumat, 19 Oktober 2012

Dimensi Perasaan dalam Psikologi


A.    Definisi Perasaan
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal.
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Menurut Prof.Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.
Definisi lain, Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
*      Unsur-unsur perasaan :
-          Bersifat subjektif daripada gejala mengenal.
-          Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
-          Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
*      Sifat-sifat perasaan :
-          Senang dan tidak senang
-          Kuat dan lemah
-          Lama dan tidak lama
-          Relatif
-          Tidak berdiri sendiri sebaagai pernyataan jiwa
*      Golongan orang menurut keadaan perasaannya :
-          Golongan Eukoloi : ialah golongan orang yang selalu merasa tenang, genbira, dan optimis.
-          Golongan Diskoloi : ialah golongan orang yang selalu merasa tidak tenang, murung, dan pesimis.
                                                    
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Sebagai contoh, ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan rasa senang  dan kagum, singkatnya dia menilai bahwa lukisan “bagus”. Seseorang yang lain menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisan tersebut tidak menarik perhatiannya. Dengan lain perkataan dia menilai lukisan itu “tidak bagus”. Baik penilaian bagus atau tidak bagus kesemuanya bersifat subjektif dan subjektivitas ini berhubungan erat dengan keadaan pribadi masing-masing.
Karena adanya sifat subjektif pada perasaan inilah, maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengamatan, pikiran dan sebagainya.
Pengenalan hanya bersandar pada hal-hal yang ada, berdasarkan pada kenyataan. Sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang mengalaminya.
Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya, pada suatu ketika ada gejala perasaan yang menertai peristiwa mengenal.
Gejala perasaan kita tergantung pada :
a)      Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar.
b)      Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Maka selain faktor pengaruhi perasaan seperti tersebut diatas, masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan keluarga, suasana rumah tangga, lingkungan sosial, pendidikan, jabatan, pergaulan, sehari-hari, cita-cita hidup, dan sebagainya. Dalam kehidupan modern banyaklah bermacam-macam alat yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi, seperti : televisi, radio, film, gambar majalah-majalah, dan lain-lain.

A.    Tingkat dan Kekuatan (Intensitas) Perasaan
a)      Perasaan yang menyertai peristiwa yang sedang dialami (misalnya pengamatan, berpikir) lebih kuat daripada perasaan yang timbul atas sesuatu ingatan.
b)      Perasaan tidak senang yang disebabkan  oleh rasa pengecap dan bau, lebih kuat daripada perasaan yang disebabkan oleh pendengaran dan penglihatan.
c)      Perasaan bergantung pada keadaan (kondisi) jasmani dan rohani pada suatu saat.
Kekuatan perasaan akan berkurang, kalau hal-hal yang menimbulkan  perasaan tersebut berlangsung terlalu lama dan berulang-ulang

1 komentar:

  1. thank atas ilmunya !!!

    kalau itu defenisi Perasaan, Terus apa sih mas yang dimaksud dengan Temperamen Perasaan ????

    BalasHapus