Laman

Jumat, 19 Oktober 2012

Gejala-Gejala Kehendak (Konasi/Karsa)


  1. GEJALA KEMAUAN
  1. Gejala Kemauan Pada Manusia.
Gejala kemauan (will) adalah gejala hasrat yang berpusat pada kerohanian/kejiwaan dan hanya terdapat pada manusia. Kemauan adalah dorongan dari dalam yang lebih tinggi tingkatannya daripada instink, refleks, automatisme, kebiasaan, nafsu, kaeinginan, kecenderungan, hawa nafsu dan merupakan dorongan dari dalam yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikir dan perasaan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya.
Ciri-ciri kemauan:
ü  Merupakan dorongan dari dalam yang dimiliki oleh manusia, karena kemauan merupakan dorongan yang didasari dan dipertimbangkan dan tidak pula menimbulkan gerak instink dan refleks.
ü  Berhubungan erat dengan satu tujuan dan menghendaki adanya aktivitas pelaksanaan. Kemauan mendorong timbulnya perhatian/minat-minat, mendorong gerak aktivitas ke arah tercapainya suatu tujuan.
ü  Sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan didasarkan atas berbagai pertimbangan dan terdapat kesejalanan antara dorongan kemauan -- pikiran – perasaan – tujuan dan tindakan.
ü  Pribadi mempunyai peranan menentukan di dalam pernyataan gejala kemauan.
ü  Terkandung sifat aktif atau giat (timbul dorongan = timbul tujuan).
ü  Diikuti aktivitas/perbuatan kemauan yang merupakan tindakan yang disengaja dan terarah pada tercapainya suatu tujuan. Darongan kemauan penyebab timbulnya kebulatan hati.
  1. Proses Kemauan
a)      Menurut Meuman.
1)       Adanya motive (alasan)
Adanya hubungan yang erat antara alasan berbuat (motive) dan tujuan (incentive).
Tujuan (incentive):
ü  Merupakan hal yang tidak boleh tidak harus ada dalam perbuatan yang berdasarkan alasan tertentu.
ü  Merupakan titik arah yang akan dicapai oleh kegiatan yang beralasan.
ü  Dianggap bernilai bagi seseorang maka tujuan ingin dicapai dengan cara yang mudah.
Hal ini tergantung dari:
·         Kematangan (maturation)
·         Pengalaman-pengalaman.
·         Latihan (kecakapan yang terlatih)
·         Kemajuan/kemampuan-kemampuan yang diperoleh dari belajar.
ü  Berhubungan erat dengan kebutuhan dan kebutuhan menuntut kepuasan maka harus ada obyek, misalnya: lapar, ingin makan makanan (obyek).
            Asal mula timbulnya motive:
o   Motive yang dibawa sejak lahir, misalnya: motive untuk makan, minum dan sebagainya.
o   Motive yang ditanamkan dengan sengaja, misalnya: kebersihan, kesehatan, kesopanan.
            Fungsi motive:
o   Berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan manusia.
o   Menuju ke arah tujuan
o   Sebagai pendorong manusia agar terpenuhi kebutuhannya.
o   Segala tingkah laku yang bertujuan berpangkal pada motive.
            Sifat-sifat motive:
o   Bersifat tetap (tidak berubah) dan selamanya tetap ada, hanya cara pelaksanaannya yang berbeda,  misalnya: motive bergaul.
o   Bersifat subyektif
Alasan dari suatu perbuatan selalu berhubungan erat dengan pribadi yang mempunyai alasan itu.


                     Macam-macam motive:
o   Bersifat vital, yaitu yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan organis, misalnya: makan, minum.
o   Bersifat rohaniah, yaitu yang berhubungan dengan dunia luar, misalnya: berhubungan sesama manusia, dengan lingkungannya.

2)       Mempertimbangkan motive-motive.
Saat mempertimbangkan motive-motive maka akan timbul pertentangan di dalamnya, dikarenakan manusia tidak dapat melayani berbagai motive sekaligus. Motive yang akan ditentukan sebagai alasan dari perbuatan yang akan dijelaskan, masa ini merupakan saat persiapan (preparation) untuk melakukan perbuatan. Dalam masa persiapan ini segala sesuatu dipertimbangkan dan orang mulai mengukur kemungkinan-kemungkinan yang akan ditempuh yang berhubungan dengan berbagai factor yakni:
ü  Hal-hal di luar dirinya, seperti: dapat tidaknya tujuan itu dicapai.
ü  Hal-hal yang ada pada dirinya sendiri, seperti: kemampuan kecakapan, pengalaman dan sebagainya.
Saat pertentangan motive sering timbul ketegangan batin yang memaksa orang harus berfikir baik-baik, mempertimbangkan dan orang itu tidak terlepas dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dihayati pada saat tersebut.
3)      Saat memilih
Yaitu menentukan salah satu diantara banyak hal yang mempunyai arti bagi pemilih. Makin tinggi nilai tujuan yang akan dicapai, makin sungguh-sungguh dan makin lama dalam menentukan pilihan. Memilih adalah suatu perbuatan yang aktif, terutama aktivitas jiwa yang dilakukan setelah pertimbangan-pertimbangan motive dilakukan sebaik-baiknya dengan mengingat kemungkinan terkesannya suatu tujuan.

Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pemilihan:
·         Apabila objeknya mengandung hal-hal yang positif/menguntungkan maka pemilih dengan tegas menentukan: ya, setuju.
·         Apabila objeknya mengandung hal-hal yang negative/merugikan maka pemilih menentukan: tidak, ditolak, tak dipilih.
·         Apabila objeknya mengandung hal-hal positif dan negative maka pemilih akan ragu-ragu dan perlu mempertimbangkan.
·         Alternatif, pemilihan antara kedua kemungkinan yang harus dipilih salah satu karena dalam keadaan terpaksa.
·         Dilemma, yaitu pilihan yang sama berat dan sama sulitnya dalam memilih salah satu.

4)      Memutuskan
Merupakan langkah terakhir setelah pertimbangan motive dan pertimbangan pemilihan berlangsung. Proses memutuskan pilihan keputusan yang diambil tidak hanya akan berpengaruh  pada dirinya sendiri, tetapi juga pada kehidupan manusia lainnya. Keputusan akan diikuti tindakan-tindakan nyata yang bertanggung jawab. Setelah segala pertimbangan dilakukan, keputusan kemauan diambil berdasarkan pertimbangan yang terkuat.
5)      Melaksanakan keputusan kemauan
Keputusan kemauan diiringi dengan tindakan kemauan. Berakhirnya proses kemauan apabila keputusan kemauan sudah dilaksanakan.
a.       Keputusan kata hati.
Yaitu keputusan yang timbul dari lubuk hati seseorang dan mempunyai arti penting bagi pribadinya.
Cirri-cirinya:
o   Bersifat subjektif dan individual, yaitu keputusan hanya sesuai dengan pribadinya saja.
o   Bersifat kongkrit, yaitu keputusan diambil dalam situasi tertentu pada saat itu.
o   Bertalian rapat dengan hidup pribadi seseorang, yaitu keputusan yang paling cocok baginya dengan mempertaruhkan seluruh pribadinya.

b.      Kemauan perbuatan kemauan bertanggung jawab.
Ciri-cirinya:
·         Secara kodrati sejak lahir sudah ada hasrat untuk hidup
·         Hasrat bermacam-macam, tetapi kesemuanya mengarah kepada tercapainya tujuan guna menjaga hidupnya.
·         Hasrat menggerakkan daya pikir dan pribadi lalu dipertimbangkanlah dan kemungkinan-kemungkinan tercapainya tujuan itu.
·         Adanya pertimbangan sebelum terbentuknya keputusan kemauan.
·         Suatu ketika atas segala pertimbangan, keputusan diambil.
·         Keputusan kemauan disertai perbuatan kemauan yang bertanggung jawab.

c.       Kemungkinan-kemungkinan perbuatan
Hubungan antara perbuatan dan rasa tanggung jawab , yaitu:
ü  Perasaan puas, yaitu tujuan yang tercapai dengan hasil baik.
ü  Perasaan tidak puas, yaitu tujuan yang tidak tercapai.
ü  Kemungkinan positif, yaitu mengingat kembali pertimbangan dan keputusan yang telah ditempuh yang tujuannya sebagai pelajaran untuk melangkah ke depan.
ü  Kemungkinan negative, yaitu tidak mengingat kembali dari pengalaman yang lalu sehingga batin menjadi kalut dan putus asa.

b)      Proses kemauan menurut Arcis Ach.
Yaitu semua kemauan memperlihatkan empat saat:
*       Saat penerimaan : pada saat seseorang menerima kesan-kesan, seperti mengerutkan kening.
*       Saat objektif: pada saat seseorang sadar akan peristiwa dalam jiwanya.
*       Saat actual: pada saat seseorang menunjukkan pikirannya pada suatu arah tertentu dan seolah-olah merasakan perbuatan yang akan datang.
*       Saat subjektif: pada saat seseorang mengambil keputusan.
Contoh kuat tidaknya kemauan:
ü  Orang yang berkemauan keras, yaitu orang yang gigih dan tidak mudah putus asa dalam mencapai tujuannya.
ü  Orang yang berkemauan lemah, yaitu orang yang mudah putus asa dalam mencapai tujuannya.

B.     KEBEBASAN KEMAUAN

1.      Hal-hal yang mempengaruhi kemauan:
v  Keadaan fisik, yaitu sanggup tidaknya melaksanakan keputusan kemauan.
v  Keadaan materi, yaitu bahan-bahan, syarat-syarat, alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan keputusan kemauan.
v  Keadaan psikis, yaitu kondisi jiwa dan mental dalam melaksanakan keputusan kemauan.
v  Keadaan mileu (lingkungan), yaitu bias tidaknya keputusan kemauan dilaksanakan dalam lingkungan tertentu.
v  Kata hati (consciensia), merupakan peranan yang penting dan imbangan pelaksanaan keputusan.

2.      Kebebasan kemauan:
a. Teori determinisme (determine = menentukan)
Teori ini berpendapat:
à   Kebebesan kemauan tidak mungkin ada, semua kejadian termasuk kemauan manusia sudah tertentu dan terjadinya berdasarkan sebab akibat.
à   Semua  peristiwa di dunia berlaku menurut rumus-rumus yang telah ada.
à   Manusia terbatas dalam menentukan kebebasan kemauan, dibatasi oleh dasar pembawaan maupun oleh keadaan.
à   Pendidikan adalah sesuatu yang tidak mungkin, paling tinggi orang hanya memberi latihan-latihan kepada anak-anak untuk menghindarkan dari perbuatan yang tidak baik.

b.  Teori in-determinisme
Teori membicarakan mengenai, antara lain:
o   Kebenarannya tidak dapat dipertahankan
o   Manusia hidup bebas berdasar kemauannya.
o   Pengaruh hukum merupakan sebab akibat dari perbuatan manusia.

3.      Kebebasan kemauan dan batas-batasnya:
ü  Tidak dapat mengubah difat-difat tubuhnya, tidak dapat mengubah tingkat inteligensi yang dimiliki manusia.
ü  Ada batas diluar manusia sendiri.
Dengan modal kemauan yang kuat orang dapat memilih jalan yang sebaik-baiknya untuk dilalui. Dengan niat dan diikuti tindakan usaha yang baik, mudah-mudahan Tuhan mengabulkan. Demikianlah bunyi pepatah: “Usaha menjalani, nasib menyudahi”. Tentang nasibnya hanya di tangan Tuhan Yang Maha Esa.

0 komentar:

Posting Komentar