A.
PERASAAN DAN GEJALA-GEJALA
KEJIWAAN
Perasaan merupakan suatu gejala kejiwaan yang tidak berdiri sendiri, tetapi bersangkut
paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain
adalah gejala mengenal. Kadang
gejala perasaan diiringi oleh gejala mengenal, begitupun sebaliknya, kadang
gejala mengenal juga diiringi oleh gejala perasaan.
Gejala
perasan dipengaruhi oleh :
a.
Keadaan Jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan
sakit, perasaan akan lebih mudah tersinggu daripada kalau badan kita sehat.
b.
Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan
berperasaan halus, dan sebagainya.
c.
Perasaan Seseorang
Berkembang Sejak Ia Mengalami Sesuatu, bahwa keadaan yang pernah
mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya.
Misalnya, keadaan keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan
sebagainya.
Perasaan selain tergantung pada stimulus
yang datang dari luar juga bergantung kepada :
a.
Keadaan jasmani individu
yang bersangkutan
b.
Keadaan dasar individu
c.
Keadaan individu dalam suatu waktu, atau keadaan
yang tenporer seseorang.
Dalam kehidupan
sehari-hari sering kita jumpai, apabila orang bercakap-cakap biasanya disertai
dengan gerakan tangan. Gerakan ini bertujuan tidak lain untuk memperjelas apa
yang dikatakan. Sebagai contoh, orang yang sedang menghormati orang lain,
biasanya disertai gerakan tangan yang tidak sama dengan gerakan tangan yang
menyertai perasaan marah, dan tidak sama pula dengan persaan orang yang
sedang ketakutan.
Dari contoh-contoh diatas, jelaslah bahwa
antara gejala emosi dengan keadaan tubuh. Hubungan ini tidak hanya merupakan
pengaruh searah, melainkan benar-benar hubungan timbal balik.
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap
perasaan dapat terwujud :
v
Mimic, gerakan roman muka
v Pantomimic, gerakan
anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang termasuk
mimic dan pantomimic.
v Gejala pada tubuh,
seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan
sebagainya.
B.
TIGA DIMENSI PERASAAN
MENURUT WUNDT
Menurut W. Wundt
perasaan tidak hanya dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak
senang,tetapi masih dilihat oleh dimensi lain. Dimensi pertama menurut Wundt
ialah salah satu segi perasaan dialami sebagai perasaan yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan. Dimensi kedua, bahwa perasaan dapat dialami sebagai suatu
hal yang “excited” atau sebagai “inert felling”. Suatu perasaan yang dialami
oleh individu dapat disertai tingkahlaku perbuatan yang menampak. Misalnya,
orang yang menri-nari karena gembira sekali menerima uang banyak atau lulus
ujian, tapi ada juga sekalipun mendapat uang atau lulus ujian dan mengalami
suatu perasaan, ia tetap tenang saja tanpa adanya perbuatan-perbuatan atau
tingkah laku yang menampak. Dimensi yang ketiga, yaitu “expextancy” dan
“release felling”. Suatu perasaan yang dapat dialami oleh individu sebagai
suatu yang masih dalam penghargaan, tetapi ada pula perasaan yang dialami
individu karena peristiwa atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah
“releasae”.
Sehubaungan dengan waktu dan perasaan,
Stem juga membedakan perasaan dalam tiga golongan, yaitu :
Ø
Perasaan Presens, yaitu yang bersangkutan dengan
keadan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal yang berhubungan dengan
situasi yang actual.
Ø Perasaan yang
menjangkau maju, merupakan jangkauan ke depan dalamkejadian-kejadian yang akan
datang, jadi masih dalam pengharapan.
Ø Perasaan yang
berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau kebelakang yang telah
terjadi,. Misal orang yang merasa sedih, karena teringat pada zaman
ke-emasannya beberapa tahun yang lalu.
C.
MACAM-MACAM PERASAAN
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada
empat tingkatan dalam perasaan, yaitu :
1)
Perasaan tingkat sensoris
Yaitu, perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan
stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingi.
2)
Perasaan ini bergantung kepada keadaan jasmani
seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah, dan sebagainya.
3)
Perasaan kejiwaan
Perasaan ini merupakan perasaan seperti perasaan gembira, susah, takut.
4)
Perasaan kepribadian
Yaitu perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya
perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas.
Disamping itu Kohnstamm memberikan
klasifikasi sebagai berikut :
a)
Perasaan keindraan
Adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya perasaan
yang berhubungan dengan pengecapan, umpamanya asam, asin, pahit, manis, dan
lain-lain.
b)
Perasaan kejiwaan
Dalam golongan ini, masih dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
1.
Perasaan Intelektual
Yaitu perasaan yang tibul bila orang dapat memecahkan suatu soal, atau
mendapat hal-hal yang baru sebagai hasil karya dari segi intelektualnya.
Perasaan ini juga merupakan pendorong atau dapat dapat memotivasi individu
dalam berbuat dan juga merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
2.
Perasaan Kesusilaan
Perasaan ini timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk
menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan perasaan
yang positif, sedangkan hal-hal buruk akan menimbulkan perasaan yang negative.
3.
PerasaanKeindahan
Perasaan ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang
jelek. Yang indah merupakan perasaan yang positif dan yang jelek merupakan
perasaan yang negative.
4.
Perasaan Kemasyarakatan
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Perasaan kebangsaan
merupakan perasaan kemasyarakatan.
5.
Perasaan harga diri
Perasaan ini merupakan perasaan yang menyaertai harga diri seseorang. Perasaan
ini akan positif, yaitu timbul kalau orang mendapat penghargaan terhadap
dirinya. Perasaan ini akan bersifat negative, yaitu bila orang mendapat
kekecewaan.
6.
Perasaan ketuhanan
Perasaan ini berkaitan dengan kekuasaan
Tuhan.Kelebihan manusia sebagai Makhluk Tuhan adalah dianugrahkannya kemampuan
mengenal Tuhan. Perasaan ini
digolongkan peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur. Kemampuan yang
demikian tidak terdapat pada diri binatang ataupun tumbuhan. Menurut pandangan
filsafat Ketuhanan (Theologi) manusia disebut “homo divinans” yaitu sejarahnya
senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghoib.
Maka kehidupan religious ini tidak bergantung pada tingkat kebudayaan, maupun
kebangsaan.
0 komentar:
Posting Komentar