Laman

Jumat, 19 Oktober 2012

TIGA DIMENSI PERASAAN MENURUT WUNDT


A.     PERASAAN DAN GEJALA-GEJALA KEJIWAAN
Perasaan merupakan suatu gejala kejiwaan  yang tidak berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain adalah gejala mengenal. Kadang gejala perasaan diiringi oleh gejala mengenal, begitupun sebaliknya, kadang gejala mengenal juga diiringi oleh gejala perasaan.
Gejala perasan dipengaruhi oleh :
a.       Keadaan Jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan akan lebih mudah tersinggu daripada kalau badan kita sehat.
b.      Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, dan sebagainya.
c.       Perasaan Seseorang Berkembang Sejak Ia Mengalami Sesuatu, bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Misalnya, keadaan keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan sebagainya.

Perasaan selain tergantung pada stimulus yang datang dari luar juga bergantung kepada :
a.       Keadaan jasmani individu yang bersangkutan
b.      Keadaan dasar individu
c.       Keadaan individu dalam suatu waktu, atau keadaan yang tenporer seseorang.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai, apabila orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan ini bertujuan tidak lain untuk memperjelas apa yang dikatakan. Sebagai contoh, orang yang sedang menghormati orang lain, biasanya disertai gerakan tangan yang tidak sama dengan gerakan tangan yang menyertai perasaan marah, dan tidak sama pula dengan persaan orang yang sedang  ketakutan.
Dari contoh-contoh diatas, jelaslah bahwa antara gejala emosi dengan keadaan tubuh. Hubungan ini tidak hanya merupakan pengaruh searah, melainkan benar-benar hubungan timbal balik.
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat terwujud :
v  Mimic, gerakan roman muka
v  Pantomimic, gerakan anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang termasuk mimic dan pantomimic.
v  Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan sebagainya.

B.     TIGA DIMENSI PERASAAN MENURUT WUNDT
Menurut W. Wundt perasaan tidak hanya dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang,tetapi masih dilihat oleh dimensi lain. Dimensi pertama menurut Wundt ialah salah satu segi perasaan dialami sebagai perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Dimensi kedua, bahwa perasaan dapat dialami sebagai suatu hal yang “excited” atau sebagai “inert felling”. Suatu perasaan yang dialami oleh individu dapat disertai tingkahlaku perbuatan yang menampak. Misalnya, orang yang menri-nari karena gembira sekali menerima uang banyak atau lulus ujian, tapi ada juga sekalipun mendapat uang atau lulus ujian dan mengalami suatu perasaan, ia tetap tenang saja tanpa adanya perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang menampak. Dimensi yang ketiga, yaitu “expextancy” dan “release felling”. Suatu perasaan yang dapat dialami oleh individu sebagai suatu yang masih dalam penghargaan, tetapi ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah “releasae”.
Sehubaungan dengan waktu dan perasaan, Stem juga membedakan perasaan dalam tiga golongan, yaitu :
Ø  Perasaan Presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal yang berhubungan dengan situasi yang actual.
Ø  Perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan ke depan dalamkejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
Ø  Perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau kebelakang yang telah terjadi,. Misal orang yang merasa sedih, karena teringat pada zaman ke-emasannya beberapa tahun yang lalu.

C.     MACAM-MACAM PERASAAN
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada empat tingkatan dalam perasaan, yaitu :
1)      Perasaan tingkat sensoris
Yaitu, perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingi.
2)      Perasaan ini bergantung kepada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah, dan sebagainya.
3)      Perasaan kejiwaan
Perasaan ini merupakan perasaan seperti perasaan gembira, susah, takut.
4)      Perasaan kepribadian
Yaitu perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas.
Disamping itu Kohnstamm memberikan klasifikasi sebagai berikut :
a)      Perasaan keindraan
Adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya perasaan yang berhubungan dengan pengecapan, umpamanya asam, asin, pahit, manis, dan lain-lain.
b)      Perasaan kejiwaan
Dalam golongan ini, masih dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
1.      Perasaan Intelektual
Yaitu perasaan yang tibul bila orang dapat memecahkan suatu soal, atau mendapat hal-hal yang baru sebagai hasil karya dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga merupakan pendorong atau dapat dapat memotivasi individu dalam berbuat dan juga merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
2.      Perasaan Kesusilaan
Perasaan ini timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan perasaan yang positif, sedangkan hal-hal buruk akan menimbulkan perasaan yang negative.
3.      PerasaanKeindahan
Perasaan ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek. Yang indah merupakan perasaan yang positif dan yang jelek merupakan perasaan yang negative.
4.      Perasaan Kemasyarakatan
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Perasaan kebangsaan merupakan perasaan kemasyarakatan.
5.      Perasaan harga diri
Perasaan ini merupakan perasaan yang menyaertai harga diri seseorang. Perasaan ini akan positif, yaitu timbul kalau orang mendapat penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini akan bersifat negative, yaitu bila orang mendapat kekecewaan.


6.      Perasaan ketuhanan
Perasaan ini berkaitan dengan kekuasaan Tuhan.Kelebihan manusia sebagai Makhluk Tuhan adalah dianugrahkannya kemampuan mengenal Tuhan. Perasaan ini digolongkan peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur. Kemampuan yang demikian tidak terdapat pada diri binatang ataupun tumbuhan. Menurut pandangan filsafat Ketuhanan (Theologi) manusia disebut “homo divinans” yaitu sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghoib. Maka kehidupan religious ini tidak bergantung pada tingkat kebudayaan, maupun kebangsaan.

0 komentar:

Posting Komentar