SOLUSI
Agama turun bukan di ruang hampa,melainkan untuk menjadi
pegangan bagi setiap penganutnya. Penganut agam sebagai manusia tentu sarat dengan konteks,baik
konteks waktu,konteks tempat,konteks masalah,konteks tuntutan dan sejenisnya. Konsekuensi
agama pun penuh dengan konteks,penuh dengan historisitas, seseuai dengan
konteks umat penerima agama,baik gari sisi ajaran maupun sarana atau cara untuk
menyampaikan ajaran agama tersebut. Jadi, isi atau cara
menyampaikan ajaran agama sangat tergantung pada konteks penganut agama tersebut.
Pengaruh
historisitas maupun konteks penganut agama sangatlah besar. Hal ini
terjadi di tanah Arab. Hal ini dapat dibuktikan seluruh isi Al-Qur’an dan
Al-Hadits merupakan jawaban atas persoalan-persoalan masyarakat Arab di masa
itu.Boleh jadi ajaran Islam tidaklah seperti yang kita kenal sekarang kalau
Nabi Muhammad SAW tidak hidup di tanah Arab.
Selain itu pengaruh historisitas atau konteks penganut
juga terjadi dimasa sekarang.yaitu ketika dituntut masalah perbedaan agama dan
tuntutan terwujudnya integrasi nasional. Sehingga timbulah
pemikiran-pemikiran untuk mengembangkan pluralism agama. Bagaimanapun juga
dibalik segala iming-imingan yang menjanjikan dari paham tersebut ternyata di
dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kelemahan maupun kesalahannya. Hal ini
tentunya berakibat pada pendangkalan iman dan kerancuan.
Oleh
karena itu dalam menyikapi perbedaan yang ada serta dalam upaya mewujudkan
masyarakat lintas agama yang rukun dan damai,adalah dengan melakukan dialog
antar pemeluk agama secara terus menerus. Dengan cara ini ajaran dai
masing-masing agama akan didengar dan bersumber dari pemeluk yang
bersangkutan,bukan menurut pandangan orang lain.Dapat disebut misi Smith
mendirikan Islamic studies di McGill Montreal,Kanada adalah untuk tujuan
ini.Yakni agar ada media bagi masing-masing pemeluk agama untuk berdialog
dengan pemeluk agama lain.Sebab salah satu masalah timbulnya ketegangan dan
konflik antar pemeluk agam adalah Karena terjadi mis atau salah paham antar pemeluk agama. Boleh jadi mis terjadi karena kurang paham, atau boleh
jadi disengaja oleh pihak tertentu dan untuk tujuan tertentu.
Cara
lain adalah dengan menulis buku, artikel dan sejenisnya.Sebab dengan menulis
tulisan ini apada hakekatnya kita sedang melakuan dialog. Karena itu
semaki banyak buku yang membahas tentang masalah pluralitas, maka semakin
banyak pula kesempatan bagi kta untuk melakukan dialog dengan umat agama yang
lain,sehingga dengan itu akan memberikan pencerahan bagi penganut agama
tertentu terhadapa agama yang lain.
Perlu
dicantumkan bahwa di dalam Al-Qur’an,ada 3 sikap terhadap non muslim,yaitu:
1.
Positif, kita sebagai umat islam harus bersikap positif dan juda
memandang umat agama lain juga secara positif,hal ini sangat menekankan pada
toleransi agama dan juga saling tolong menolong
2.
Netral, yaitu sebagai umat Islam kita harus memandang sama antar
umat beragama,dalam ruang lingkup asas kemanusiaan. Selain itu
kita kita tidak boleh menjadi orang yang menyombongkan diri dan berlaku tidak
adil.
3.
Negative, yaitu sebagai umat islam kita harus tegas untuk menolak
segala hal yang bertentangan dengan akidah agama, walaupun itu
adalah hal yang baik menurut umat agama yang lain. Selain itu
umat Islam juga harus tegas dalam menyikapi kezhaliman yang dilakukan umat
agama lain.
Dalam upaya memberikan
pemahaman agama perlu pengkajian dan
kesadaran akan adanya tingkatan atau level-level dalam agama, yakni level
teologi.level norma,level prinsip dasar (core values), level penafsiran / hasil
ijtihad (interpretation) dan level manifestasi (praktek) yang sangat terikat
dengan budaya (cultural manifestation)
0 komentar:
Posting Komentar