1. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi merupakan salah
satu madzhab sunni. Nama dari
madzhab ini diambil dari ulama yang bernama Nu’man bin Tsabit atauyang lebih
dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah (80 H-150 H). Asal usul julukan
atau gelar Abu Hanifah ada beberapa versi, diantaranya karena nama anak beliau
bernama Hanifah, atau karena kedekatannya dengan tinta untuk menuliskan ilmu
yang dimilikinya maka dijuluki Abu Hanifah yang dalam bahasa Irak hanifah berarti tinta.
Imam
Abu Hanifah lahir di Kufah, Irak pada tahun 80 Hijriyah. Ayahnya bernama Tsabit seorang pedagang sutera
dari Persia. Usaha ini kemudian diwariskan kepada Abu Hanifah. Meskipun besar
di lingkungan pedagang namun Abu Hanifah memiliki semangat untuk mempelajari
ilmu-ilmu agama. Raja Harun ar-Rasyid mengatakan,”Abu Hanifah adalah seorang
yang dapat melihat dengan akalnyaatas segala sesuatu yang tidak dapat dilihat
oleh mata kepala.” Dari pendapat raja Harunar-Rasyid tersebut dapat disimpulkan
bahwa Abu Hanifah adalah orang yang cerdas, hal ini terbukti dengan masyhurnya
nama beliau sebagai seorang mujtahid.
Abu Hanifah belajar fiqih dari seorang
guru yang bernama Hammad bin Abi Sulaiman selama 18 tahun atau sampai gurunya
meninggal pada tahun 120 H. setelah gurunya meninggal, maka Abu Hanifah
menggantikannya sebagai ulama di Kufah. Beliau sering mengeluarkan fatwa-fatwa
dalam maasalah fiqih. Beliau juga dikenal sebagaiorang yang ahli dalam
merumuskan kaidah dan berijtihad, oleh sebab itulah Abu Hanifah dikenal mujtahid mustaqil dikalangan fuqaha.
Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama
ahlu Ra’yi. Sedangkan untuk kajian fiqih, Imam Abu Hanifah menggunakan sumber
al-Qur’an, Sunnah, qauli shahabi,
Qiyas, Ihtihsan dan ‘Urf.
2. Madzab Maliki
Madzhab
Maliki adalah salah satu madzhab dari golongan Sunns. Nama dari madzhab ini dinisbatkan dari nama
seorang ulama yang bernama Imam Maliki bin Anas (93H-179H). Beliau lahir di
Madinah dan menjadi ahli fiqh yang terkenal di Madinah.
Maliki lahir dalam keluarga pengrajin.
Ayahnya, seorang pengrajin panah, namun tidak ada seorangpun dari putranya yang
meneruskan pekerjaan ayahnya. Imam Maliki memilih sector perdagangan untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari.
Imam Maliki termasuk orang yang kuat
hafalannya. Pada usia remaja, beliau telah menjadi hafidz yang baik dan cepat
menghafal hadist-hadist yang diajarkan oleh gurunya. Guru beliau dalam bidang
hadist antara lain adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri, Ibnu Hurmus dan Nafi’. Guru
beliau dalam bidang fiqih adalah Rabi’ah dan Yahya bin Sa’id al-Anshari.
Imam Maliki dikenal sangat hati-hati
baik dalam memberikan fatwa hukum maupun dalam meriwayatkan hadist. Beliau baru
memberikan fatwa dan meriwayatkan hadist setelah para gurunya mengakui bahwa
beliau ahli dalam bidang fiqh maupun hadist.
Adapun pemikiran-pemikiran Imam Maliki
dapat dilihat dalam karyanya
al-Muwaththa’, suatu kitab yang berisi tentang hadist dan fiqh sekaligus.
Khalifah Harun Ar-Rasyid pernah menginginkan kitab ini sebagai kitab hukum yang
diterabkan dan berlaku diseluruh wilayah negeri tersebut, namun keinginan
tersebut tidak dipenuhi oleh Imam Malik.
Imam Malik meninggal dunia pada tahun
179H di Madinah, setelah mengalami sakit dan dikuburkan di Makam al-Baqi’.
A. Dalil-dalil yang digunakan oleh Madzhab Maliki
Metode pengajaran yang beliau lakukan
didasarkan pada ungkapan hadist dan pembahasan atas makna-maknanya lalu
dikaitkan dengan konteksi permasalahan yang ada pada saat itu. Beliau juga
menelaah masalah-masalah yang terjadi didaerah asal murid-muridnya, kemudian
mencari hadist-hadist dan atsar-atsar (pernyataan sahabat) yang bisa digunakan untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Oleh kerena itu, madzhab Maliki dikenal
sebagai Ahl al- Hadist .
Dalil-dalil yang digunakan oleh
madzhab Maliki dalam menetapkan suatu hukum :
Ø
Al-Qur’an, beliau
menetapkan Al-Qur’an sebagai dalil dan dasar tertinggi diatas dalil-dalil yang
lain.
Ø
As-Sunnah
Ø
Amal ahli Madinah (Praktik
masrakat Madinah)
Imam
Maliki berpendapat bahwa Madinah merupakan tempat Rasulallah SAW menghabiskan sepuluh tahun akhir hidupnya,
maka praktek yang dilakukan oleh masyarakat Madinah mesti diperbolehkan atau
dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW
sendiri, oleh karena itu Imam Maliki
menganggap bahwa praktek masyarakat Madinah merupakan bentuk as-sunah yang
sangat otentik yang diriwayatkan dalam bentuk tindakan.
Imam
Maliki lebih mendahulukan dan mengutamakan tradisi masyarakat Madinah ini daripada
Al-Hadist yang Ahad, hal ini sesuai dengan pernyataan guru beliau Rabi’ah bin
Abd ar-Rahman.
Ø
Fatwa Sahabat
Ø
Al-Qiyas
Ø
Al-Mashlahah al-Mursalah,
yakni menetapkan hukum atas berbagai persoalan yang tidak ada petunjuk nyata
dalam nash, dengan pertimbangan kemashlahatan, yang proses analisisnya lebih
banyak ditentukan oleh nalar mustahidnya.
Ø
Al-Istihsan
Ø
Adz-Dzari’ah, yakni sarana
atau jalan untuk sampai pada tujuan, bisa berupa kebaikan yang berarti
mashlahah dan bisa pula maksiat yang berarti mafsadah.
B.
Para Pengikut Madzhab
Maliki
Sebagai
ulama besar di Madinah, Imam Maliki banyak didatangi murid-murid dari berbagai
penjuru negeri yang ingin berguru pada beliau. Diantaranya murid beliau yang
terkenal adalah : Abd. Ar-Rahman bin al-Qosim, Ibnu Wahab dan as-Syafi’i.
Madzhab Maliki ini, sampai saat ini masih banyak pengikutnya dan mereka
tersebar keberapa negeri antara lain : Mesir, Sudan, Kuwant, Bahrain, Maroka,
dan Afrika.
3. Madzhab Syafi’i
1.
Asal Usul Imam Syafi’i
Pendiri
madzhab ini adalah Muhammad Ibn Idris asy-Syafi’I (150 H-204H). Beliau lahir di
Gaza, Pelestina. Setelah ayahnya meninggal beliau dibawa ibunya ke Makah yang
merupakan kota leluhurnya. Beliau mempunyai kecerdasan yang luar biasa.
Diriwayatkan bahwa sebelum dewasa sudah hafal al-Qur’an dengan sempurna dan
telah pula menguasai kitab al-Muwaththa’ karya Imam Maliki. Di Mekah.beliau
belajar pada beberapa guru antara lain : Muslim bin Khalid dan sufyan bin Uyainah,
kemudian belajar kepada Imam Malik di Madinah.
Pengembaran
Imam Syafi’I dalam mencari ilmu belum berhenti di Iraq, setelah sebelumnya
beliau juga pernah menimba ilmu di Mekkah, Madinah, dan Yaman. Dari Iraq,
beliau menuju Mesir untuk belajar agama
kepada Imam Laits, namun belum sampai di Mesir, Imam laits telah meninggal,
sehingga beliau mendalami ilmua agama pada murid-muridnya. Imam Syafi’I terus
menetap di Mesir hingga beliau meninggal. Beliau meninggalakan banyak karya
antara lain : Ar-Risalah, al-Umm, al-Hujjah, al-Imla’, dan al-Amali.
2.
Dalil-dalil yang digunakan
oleh Madzhab Syafi’i
Setelah
menyerap ilmu dari para gurunya diberbagai daerah, Imam Syafi’I mulai melakukan
kajian-kajian hukum. Beliau dikenal mempunyai dua qoul, yaitu qoul qadim yang
berlangsung di Iraq dan qoul Jadid yang berlangsung di Mesir.
Dalam
kajian-kajian hukum, Imam Syafi’I menggunakan dalil-dalil sebagai berikut :
a.
Al-Qur’an
b.
As-Sunah
Sebagaimana
para pendahulunya, Imam Syafi’I memposisikan as-Sunah sebagai dalil kedua
setelah Al-Qur’an. Hanya bedanya
imam Syafi’I tidak mensyaratkan criteria sebagaimana Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik.
c.
Al-Ijma’
d.
Perkataan Sahabat
e.
Al-Qiyas
f.
Al-Istihab
4. Madzhab Hanbali
A. Asal Usul Madzhab Hanbali
Nama ulama yang dijadikan sebagai nama madzhab ini yakni Imam Ahmad bin
Hanbali. Beliau lahir bulan Rabi’ul Awwal tahun 164H, di Bagdad dan telah
menjadi yatim sejak kecil. Kehidupan beliau sangat sederhana, beliau tidak
memiliki mata pencaharian tetap sebagaimana Abu Hanifah dan Imam Maliki, dan tidak
memilki fasilitas dari pemerintah sebagaimana Imam Syafi’i. Sumber pendapatan
beliau adalah warisan rumah dan tanah serta peralatan penyulaman yang beliau
sewakan.
Imam
Ahmad memiliki kecerdasan dan daya ingat luar biasa. Selain menggeluti
hadist-hadist dengan melakukan perjalanan ke berbagai daerah, beliau juga
mendalami ilmu fiqh.Guru-guru beliau adalah Abu Yusuf (Murid Imam Ibu Hanifah),
dan Imam Syafi’I (Murid Imam Malik). Dari kerja keras beliau mendalami
hadist-hadist Nabi, beliau telah melahirkan fatwa-fatwa fiqh dan menpunyai
teori kajian fiqh tersendiri sehingga lahirlah madzhab Hambali. Imam Ahmad
meninggal dunia tahun 214 H, dimakamkan di Bagdad dan diiringi puluhan ribu
pelayat.
B.
Dalil-dalil yang digunakan
Madzhab Hambali
1.
Al-Qur’an
Al-Qur’an
dijadikan sebagai dalil paling tinggi dalam menjawab dan mengatasi personal
hukum islam sebagaimana Imam Madzhab sebelumnya.
2.
As-Sunah
Hadist marfu’ dalam menetapkan hukum.
Apabila beliau telah mendapatkan nashdari hadist tersebut , beliau tidak
memperhatikan pendapat sahabt yang bertentangan dengannya.
3.
Perkataan Sahabat
Menerima fatwa para sahabat yang tidak
diperselisihkan oleh sahabat atau ulama lain(ijma’). Dalam hal pendapat
individu, sahabat yang saling bertentangan, beliau beliau menerima dan
mengambilnya dengan melakukan analisis dan seleksi atas kedekatan atas pendapat
tersebut dengan nash Al-Qur’an dan As-Sunah.
4.
Hadist Mursal (Tergolong
Hadist Dho’if)
Sebagai bahan rujukan atau dalil dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang beliau hadapi.
5.
Al-Qiyas
C.
Para Pengikut Madzhab
Hambali
Imam
Bukhori dan Imam muslim (pengumpul hadist terkenal), Yahya bin Adam, Abu Daut,
Ar-Razi, Abu al-Wafa’ bin Aqil, Taqiyuddin ibn Taimiya, dan Muhammad ibn Al-Qiyyim.
Pengikutnya tersebar ke beberapa
Negara : Iraq, Mesir, Suriah, Palestina dan Arab Saudi. Bahkan, di Arab Saudi,
madzhab Hambali adalah Madzhab resmi Negara.
5.
Madzhab Auza’i
Diambil dari nama pendirinya yakni
Abdurrahman bin Muhammad Al-Auza’I, lahir pada tahun 88 H. Beliau termasuk
ulama yang menentang penggunaan Qiyas secara berlebihan, beliau mengembalikan
furu’ pada hadist Nabi tanpa melakukan qiyas. Beliau wafat tahun 157 H di
Beirut. Madzhabnya terkenal di Syiria, Yordania, sampai Spanyol.
6. Madzhab Laitsi
Dikembangkan oleh Imam Laitsi bin Sa’ad. Lahir di Mesir tahun 94 H.
dalil-dalil yang mereka gunakan dalam melakukan kajian hukum hampir sama dengan
imam lainnya, hanya beliau tidak sependapat dengan Imam Malik dalam hal
menggunakan tradisi masyarakat Madinah sebai dalil dalam menetapkan hukum. Baliau
meninggal tahun 175 H.
7. Madzhab Tsauri
Dikembangkan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri ,
ulama terkemuka dan kufah, lahir pada tahun 97 H. Imam ats-Tsausi pernah
ditawari khalifah untuk menjadi qadli
dengan syarat agar tidak membuat fatwa yang bertentangan dengan kebijakan
pemerintah, namun beliau menolaknya hingga wafat tahun 161 H.
8. Madzhab Dhahiri
Dipelopori oleh Dawud bin Ali al-Ashbani,
lahir tahun 202 H. Beliau belajar fiqh dari murid-murid Imam Syafi’i, beliau
juga pernah mengkritik madzhab syafi’I karena menurutnya Asy-Syafi’I tidak
konsisten dalam menggunakan qiyas dan menolak istihsan. Kemudian beliau
menggunakan tersendiri dalam kajian hukumnya, yakni pada pemahaman literalis
yang berpegang pada mekna harfiyah atau dhohir
nash Al-Qur’an maupun As-Sunah. Madzhab ini disebut madzhab dhohiri karena dinishbatkan dari metode kajian
hukumnya.
Pengikut madzhab Dhahiri yang terkemuka adalah ibnu Hazm
(Ulama Spanyol). Karenausaha Ibnu Hazm,
madzhab ini maju pesat di Spanyol dan wilayah lainya.
0 komentar:
Posting Komentar